Jurnal Psikologi Udayana 2018, Vol.5 , No.1, 189-196 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354 5607 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI BALI MANDARA A.A. Gede Krisna Pramana dan Ni Made Ari Wilani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana agungkrisnapramana@gmail.com Abstrak SMA Negeri Bali Mandara merupakan sekolah dengan sistem asrama yang dirancang untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi bagi generasi muda. Sekolah berasrama merupakan model sekolah yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah reguler karena memiliki standar yang ketat dalam hal pendidikan dan disiplin. Motivasi belajar sangat diperlukan untuk dapat mendasari dan mengarahkan aktivitas belajar agar tercapai prestasi yang baik di sekolah berasrama. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dukungan sosial sangat diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan semangat atau motivasi belajar agar dapat sukses di sekolah berasrama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi belajar. Subjek pada penelitian ini berjumlah 262 siswa SMA Negeri Bali Mandara. Alat ukur penelitian yang digunakan adalah skala dukungan sosial dan skala motivasi belajar. Hasil uji korelasi Product Moment menunjukan nilai 0,719 (p<0,05) dan R^2=0,517, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan motivasi belajar dan 51,7% variasi dalam motivasi belajar ditentukan oleh variabel dukungan sosial. Hubungan dukungan sosial dengan motivasi belajar juga positif dan searah, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi juga motivasi belajar. Kata Kunci : dukungan sosial, motivasi belajar, siswa SMA Negeri Bali Mandara Abstract Bali Mandara high school is a school with a dormitory system designed to provide high-quality education for the younger generation. Boarding school is one model of school which had higher demand compare to regular school, it’s because boarding school has better standard in terms of education and discipline. Learning motivation required to underlie and lead learning behavior in order to get high achievement in their boarding school. Learning motivation is an internal and external drive in students when studying to change a behavior, generally with several supporting indicators and factors. Social support is very important to maintain and increase student’s eagerness to learn so student can be successful in their boarding school. This research is aimed to find the relationship between social support and learning motivation. The subject of this research are 262 high school students in Bali Mandara boarding school. Measuring instruments in this research are social support scale and learning motivation scale. Result of Correlation Product Moments shows the value of 0.719(p<0.05), so it can concluded that social support have correlation with learning motivation and 51,7% variations in learning motivation is determined by social support variables. The relationship between social support and learning motivation also positive and linear, which means the higher social support, the higher learning motivation. Keywords: social support, learning motivation, Bali Mandara high school student 189 A.A. G. K. PRAMANA DAN N. M. A. WILANI memberikan jaminan keamanan dengan tata tertib yang dibuat secara jelas serta sanksi-sanksi bagi pelanggarnya sehingga keamanan anak terjaga seperti terhindar dari kenakalan remaja, narkoba, tawuran pelajar, pergaulan bebas, dan lainlain. Orangtua akan merasa tenang dari rasa kekhawatiran anaknya akan terjerumus dampak negatif dari moderenisasi dan globalisasi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan (Pramana, 2016) yang dilakukan kepada tiga orang siswa SMA Negeri Bali Mandara dan salah satu orangtua asuh siswa di asrama terdapat beberapa masalah yang memengaruhi minat atau semangat belajar siswa seperti masalah homesick dan pengaturan waktu karena siswa memiliki jadwal pelajaran dan kegiatan yang padat. Siswa mengatakan yang paling membuat semangat belajarnya menurun adalah ketika mengalami kerinduan dengan keluarga atau juga dikenal dengan istilah homesick. Saat mengalami hal tersebut siswa merasa sedih dan malas untuk melakukan aktivitas sehingga berdampak juga pada aktivitas belajarnya. Adanya dorongan dari lingkungan sekitarnya seperti teman-teman sebayanya, guruguru, orangtua asuh dan seluruh staf pegawai di lingkungan sekolah, sebagai tempat siswa menceritakan segala masalah yang dihadapinya untuk kemudian secara bersama-sama mencari jalan keluar atau penyelesaiannya. Hal tersebut menyebabkan siswa mendapatkan semangat belajarnya kembali karena siswa sudah menganggap orang-orang yang ada di sekeliling siswa di lingkungan sekolah adalah keluarga. Selain itu untuk meningkatkan semangat belajar, siswa lakukan dengan menjaga persaingan sehat dengan saling bersaing antara teman-temannya. Masalah seperti di atas wajar terjadi di sekolah yang menggunakan sistem asrama karena seperti yang dikatakan Setiawan (2013) siswa yang bersekolah di sekolah berasrama berada 24 jam di lingkungan sekolah dan setiap hari akan bergelut dengan rekan sebaya, guru, dosen dan civitas dalam institusi pendidikan secara rutin mulai dari pagi hingga malam hari sampai esok paginya lagi. Vembriarto (dalam Setiawan, 2013) mengatakan bahwa sekolah berasrama merupakan model sekolah yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah reguler. Pendidikan di sekolah berasrama terkenal memiliki standar yang ketat dalam hal pendidikan dan disiplin. Perilaku dan disiplin diri peserta didik yang baik diharapkan terlaksana dalam lingkungan pendidikan agar dapat berhasil dalam belajar di asrama. Keberhasilan dalam belajar merupakan tujuan dari belajar itu sendiri dan belajar adalah bagian penting dari pendidikan. Syah (2010) menyatakan belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Menurut Uno (2011) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat LATAR BELAKANG Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003). Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Tirtarahardja, 2008). Pada era globalisasi kesadaran masyarakat tentang pendidikan sudah semakin meningkat, ditunjukkan dengan banyaknya orangtua yang ingin anaknya masuk di sekolah unggulan dan alternatif pendidikan yang ditawarkan untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas salah satunya adalah sekolah berasrama (boarding school) (Kompasiana, 2011). Orangtua menginginkan pendidikan yang baik dan berkualitas bagi anaknya tanpa harus memikirkan atau dibebani masalah biaya yang mahal yang harus dibayarkan. Sekolah menengah atas (SMA) Negeri Bali Mandara merupakan sekolah menengah atas (SMA) yang berasrama (boarding school) yang dirancang untuk menyediakan akses pendidikan yang berkualitas tinggi bagi generasi muda yang memiliki prestasi gemilang namun berasal dari keluarga yang secara finansial kurang mampu, serta menciptakan kesempatan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan, pemikiran kritis, dan menciptakan kesadaran bagi generasi muda akan masalah nasional dan dunia. Sistem pendidikan berasrama dan bantuan dana pendidikan penuh tidak hanya mengembangkan kemampuan akademik tapi juga membangun karakter dan menanamkan nilai-nilai moralitas (Profil SMAN Bali Mandara, 2012). Siswa sekolah menengah atas berada pada usia perkembangan masa remaja. Menurut Ali & Asrori (2015) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anakanak ke masa dewasa, berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai 18 tahun atau masa anak duduk di bangku sekolah menengah. Masa ini dirasakan sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkungannya. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astiwi (2007) menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada diri remaja yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral setelah para remaja membaca atau melihat suatu media. Hal tersebut menyebabkan orangtua maupun masyarakat merasa takut anak remajanya terjerumus dampak negatif dari pergaulan dan globalisasi karena pada masa tersebut remaja rentan atau masih mudah terpengaruh. Menurut Maknun (dalam Setiawan, 2013) sekolah berasrama 190 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan) atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar. Motivasi adalah elemen yang sangat penting dalam belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, semakin besar motivasi yang dimiliki maka semakin besar juga kesuksesan dalam belajar (Ahmadi dalam Mulyaningsih, 2014). Motivasi merupakan faktor penentu dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar (Miru, 2009). Hamdu (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa, jika siswa memiliki motivasi dalam belajar maka prestasi belajarnya akan baik atau tinggi. Keseluruhan motivasi dalam belajar disebut motivasi belajar. Prawira (2014) menyatakan motivasi belajar adalah segala sesuatu yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. Menurut Prawira (2014), motivasi dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri, motivasi yang berasal dari luar diri individu diberikan oleh orangtuanya, guru, konselor, ustadz, orang dekat atau teman dekat. Sedangkan motivasi yang berasal atau timbul dari dalam diri seseorang dapat disebabkan adanya keinginan untuk dapat menggapai sesuatu atau cita-cita. Faktor yang memengaruhi belajar menurut Purwanto (2002) ada dua, yaitu faktor yang terdapat pada diri individu itu sendiri dan faktor yang ada di luar individu. Faktor yang terdapat pada diri individu itu sendiri meliputi; faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Faktor yang ada di luar individu meliputi; faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Menurut Berliner (dalam Nur’aeni, 2015) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa adalah faktor ekstrinsik. Nur’aeni (2015) menemukan bahwa ketika siswa memaknakan orang-orang terdekatnya tidak dapat membuat siswa nyaman, memperhatikan, memberi penghargaan, dan berbagai bantuan lainnya, maka siswa akan merasa tidak diperhatikan, kurang percaya diri, mudah cemas, sehingga berpengaruh pada motivasi belajar siswa dan siswa tidak dapat mencapai tujuannya yaitu berprestasi dengan menampilkan perilaku belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat dalam motivasi belajar memerlukan yang namanya suatu dukungan. Faktor-faktor kondisi lingkungan belajar, faktor dari luar diri atau faktor sosial seperti orangtua, guru, orang dekat atau teman dekat merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang terkait dukungan sosial. Menurut Cohen & Smet (dalam Herlinawati, 2013) dukungan sosial adalah keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang bisa dipercaya, sehingga individu tersebut akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintai. Menurut Roberts dan Greene (2009) dukungan sosial meliputi dukungan emosional, dukungan informasional, dan dukungan konkrit. Dukungan emosional yaitu adanya seseorang yang bersedia mendengarkan perasaan individu, menyenangkan hati, atau memberikan dorongan. Dukungan informasional, yaitu adanya seseorang yang mengajarkan sesuatu, memberikan informasi atau nasihat, dan membantu dalam membuat keputusan utama. Dukungan konkrit, yaitu adanya seseorang yang membantu dengan cara kasat mata, meminjamkan sesuatu, membantu melakukan tugas atau mengambil pesanan. Selain ketiga dukungan yang disebutkan di atas menurut Sarafino (2011) salah satu aspek dukungan sosial yaitu meliputi dukungan instrumental, bentuk dukungan instrumental tersebut melibatkan bantuan langsung seperti bantuan finansial. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa faktor dukungan sosial adalah hal yang penting dalam proses belajar. Hal inilah yang melatari ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang hubungan dukungan sosial dengan motivasi belajar pada siswa di SMA Negeri Bali Mandara. METODE PENELITIAN Hipotesis penelitian H0 : Tidak Ada Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMA N 1 Bali Mandara. Ha : Ada Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMA N Bali Mandara. Variable dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan motivasi belajar. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Definisi operasional dari motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual berupa dorongan internal maupun eksternal yang berperan dalam penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat yang kemudian menggerakan serta mengarahkan perilaku manusia untuk belajar, sehingga memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar diukur berdasarkan teori Sardiman (2012) dengan dimensi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dan diperkuat oleh indikator motivasi belajar menurut Uno (2011). Definisi operasional dari dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh 191 A.A. G. K. PRAMANA DAN N. M. A. WILANI dari orang lain atau kelompok, berupa perhatian emosi, penyediaan informasi, bantuan instrumental, atau pertolongan lainnya yang diyakini bisa menguatkan seseorang dan mempunyai manfaat emosional atau berupa efek perilaku bagi pihak penerima, sehingga individu tersebut akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintai. Dukungan sosial diukur berdasarkan teori Sarafino (2011). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement (Azwar, 2013). Validitas konstruk bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aspek-aspek dari instrumen dalam alat ukur sudah sesuai dengan landasan teori yang mendasari penyusunan tes (Azwar, 2013). Validitas konstruk dalam penelitian ini diuji dengan melihat skor corrected itemtotal correlation lebih besar dari 0,30 (>0,30) dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Bali Mandara yang berjumlah 262 orang. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. b. Pengujian reliabilitas penelitian ini menggunakan metode penyajian tunggal atau single-trial administration karena metode ini hanya menyajikan satu tes sebanyak satu kali saja, dan juga dengan metode ini akan lebih efisien dan praktis dibanding dengan prosedur tes ulang dan bentuk paralel (Azwar, 2013). Nantinya, hasil yang didapat dari metode single-trial administration akan dianalisis dengan Alpha Cronbach’s dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows dalam perhitungannya. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika skor reliabilitasnya di atas 0,60 (>0,60). Menempuh pendidikan di SMA Negeri Bali Mandara. Tinggal di asrama sekolah selama menempuh pendidikan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012). Cara yang digunakan adalah dengan cara sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini sering dilakukan bila penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2012). Terdapat 7 aitem yang gugur pada skala dukungan sosial dan hasil uji validitas menunjukkan nilai koefisien korelasi aitem yang bergerak dari 0,363 – 0,685 dengan angka koefisien Alpha (α) sebesar 0,918 yang artinya skala ini mampu mencerminkan 91,8% skor murni subjek. Pada skala motivasi belajar terdapat 7 aitem yang gugur dan hasil uji validitas menunjukkan nilai koefisien korelasi aitem yang bergerak dari 0,321 – 0,739 dengan angka koefisien Alpha (α) sebesar 0,929 yang artinya skala ini mampu mencerminkan 92,9% skor murni subjek. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Bali Mandara yang berlokasi di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai bulan Desember 2016. Teknik analisa data Penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik kuantitatif (asosiatif) dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment pada program SPSS 17.0 for Windows. Sugiyono (2014) menagatakan Korelasi Product Moment digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Teknik Korelasi Product Moment digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel tersebut adalah sama (Sugiyono, 2012). Alat ukur Pengukuran dukungan sosial dan motivasi belajar dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada subjek. Kuisioner dukungan sosial disusun berdasarkan teori Sarafino (2011), sedangkan kuisioner motivasi belajar disusun berdasarkan teori Sardiman (2012) dan indikator dari Uno (2011). Terdapat 33 aitem pernyataan untuk mengukur dukungan sosial dan 45 aitem pernyataan untuk mengukur motivasi belajar. Kedua kuisioner disusun dalam bentuk skala Likert. HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian ini menggunakan validitas internal. Instrumen mempunyai validitas internal apabila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur (Sugiyono, 2014). Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII SMA Negeri Bali Mandara yang berjumlah 181 orang. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin mayoritas subjek dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 192 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA 162 orang (64,5%) dan laki-laki sebanyak 89 orang (35,5%). Karakteristik berdasarkan usia yaitu mayoritas subjek berusia 16 tahun yaitu sebanyak 96 orang (38,2%), kemudian yang berusia 17 tahun sebanyak 77 orang (30,6%), berusia 15 tahun sebanyak 53 orang (21,1%), dan yang paling sedikit subjek usia 18 tahun yaitu sebanyak 25 orang (10,1%). Pada tabel 3, dapat diketahui bahwa mayoritas subjek memiliki taraf motivasi belajar dengan kategori sangat tinggi sebanyak 186 orang (74,1%). Subjek dengan taraf motivasi belajar kategori tinggi sebanyak 62 orang (24,7%), dan subjek dengan taraf motivasi belajar dengan kategori sedang sebanyak 3 orang (1,2%). Tidak terdapat subjek dengan taraf motivasi belajar dengan kategori rendah maupun sangat rendah. Deskripsi Data Penelitian Hasil deskripsi data dukungan sosial dan motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui apakah analisis data dalam pengujian suatu hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak (Gunawan, 2013). Uji asumsi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linieritas. Menurut Sugiyono (2014) uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk dengan melihat nilai signifikansinya. Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) (Santoso, 2005). Pada variabel dukungan sosial mean empiris lebih besar dari mean teoretis (mean empiris > mean teoretis) sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki dukungan sosial yang tinggi. Rentang skor subjek penelitian berkisar antara 84 sampai 132 yang berdasarkan penyebaran frekuensi 100% subjek berada di atas mean teoretis. Pada variabel motivasi belajar mean empiris lebih besar dari mean teoretis (mean empiris > mean teoretis) sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki motivasi belajar yang tinggi. Rentang skor subjek penelitian berkisar antara 117 sampai 180 yang berdasarkan penyebaran frekuensi 100% subjek berada di atas mean teoretis. Menurut Ghozali (2005) uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Pada penelitian ini, uji linieritas menggunakan uji Compare Mean dengan melihat nilai signifikansi pada Linierity. Suatu data dikatakan memiliki hubungan yang linier apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (p<0,05) (Priyatno, 2012). Hasil uji normalitas dan uji linieritas dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5. Kategorisasi Data Penelitian Hasil kategorisasi skor dukungan sosial dan motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3. Pada tabel 2, dapat diketahui bahwa mayoritas dari subjek memiliki taraf dukungan sosial sangat tinggi sebanyak 188 orang (74,9%). Subjek dengan taraf dukungan sosial tinggi sebanyak 62 orang (24,7%), dan subjek dengan taraf dukungan sosial kategori sedang hanya 1 orang (0,4%). Tidak terdapat subjek dengan taraf dukungan sosial kategori rendah maupun sangat rendah. Berdasarkan rangkuman pada tabel 4, dapat diketahui bahwa variabel dukungan sosial menghasilkan nilai ShapiroWilk dengan signifikansi sebesar 0,253 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa data pada variabel dukungan sosial memiliki distribusi normal. Berdasarkan rangkuman pada tabel 4, dapat diketahui bahwa variabel motivasi belajar menghasilkan nilai Shapiro-Wilk dengan signifikansi sebesar 0,179 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data pada 193 A.A. G. K. PRAMANA DAN N. M. A. WILANI variabel motivasi belajar memiliki distribusi normal. positif antara dukungan sosial dengan motivasi belajar siswa di SMA Negeri Bali Mandara. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,719 dengan taraf signifikansi 0.000 (<0.05). Koefisien determinasi antara dukungan sosial dengan motivasi belajar sebesar 0,517 menunjukkan bahwa 51,7% variasi dalam motivasi belajar siswa ditentukan oleh variabel dukungan sosial, sedangkan 48,3 % ditentukan oleh variabel lain. Nilai koefisien korelasi yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi juga motivasi belajarnya. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian sebelumnya, seperti hasil penelitian Suciani (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan dukungan sosial dengan motivasi belajar. Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial yang positif memiliki motivasi belajar yang tinggi, akan berusaha lebih giat belajar, pantang menyerah, dan terus berusaha belajar dengan maksimal. Berdasarkan hasil kategorisasi motivasi belajar dalam penelitian ini, sebagian besar subjek (74,1%) memiliki skor motivasi belajar yang sangat tinggi, kemudian 24,7% memiliki skor motivasi belajar yang tinggi, tidak ada yang mendapat skor yang rendah maupun sangat rendah. Nilai mean empirik dari variabel motivasi belajar lebih besar dibandingkan dengan nilai mean teoretik (154,19>112,5). Nilai mean empirik yang lebih besar dibandingkan dengan nilai mean teoretik menunjukkan bahwa motivasi belajar subjek dalam penelitian ini termasuk tinggi. Motivasi belajar yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa siswa di SMA Negeri Bali Mandara dapat belajar mata pelajaran dengan sangat baik serupa dengan hasil penelitian Yusuf (2009) yang menemukan bahwa untuk belajar mata pelajaran dengan baik, maka siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi, dengan motivasi yang tinggi hasil belajar teori maupun praktik akan memuaskan. Hal tersebut terbukti dengan diraihnya berbagai prestasi dari siswa SMA Negeri Bali Mandara yang terus meningkat setiap tahunnya hingga sampai tahun ini prestasi yang telah tercatat yaitu prestasi dalam bidang akademik total sebanyak 418 dan dalam bidang non akademik sebanyak 349 yang terbagai dari berbagai tingkatan dari yang berskala internasional, nasional, regional, provinsi, maupun kabupaten (Profil SMA Negeri Bali Mandara, 2016). Prawira (2014) menyatakan motivasi belajar adalah segala sesuatu yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2013) siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki ciri-ciri siswa lebih berani dalam berpendapat, siswa lebih rajin dalam mengerjakan tugas-tugas, siswa lebih tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, dan siswa terlihat lebih bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil uji linieritas pada tabel 5, menunjukkan hubungan yang linier antara variabel motivasi belajar dengan variabel dukungan sosial. Hubungan yang linier ditunjukkan oleh nilai signifikansi Linierity yaitu sebesar 0,000 (p<0,05). Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan tabel 6, menunjukkan nilai Pearson Correlation sebesar 0,719 dengan nilai yang positif (+), terdapat tanda dua bintang, nilai signifikansi Sig.(2-tailed) sebesar 0,00, dan nilai R square sebesar 0,517. Nilai 0,719 menunjukan bahwa nilai korelasi antara variabel dukungan sosial dengan motivasi belajar adalah kuat karena mendekati nilai satu. Nilai yang positif (+) menunjukkan bahwa arah antara variabel dukungan sosial dengan motivasi belajar yaitu searah, artinya jika nilai variabel dukungan sosial meningkat maka nilai variabel motivasi belajar juga mengalami peningkatan. Tanda dua bintang artinya nilai signifikansinya adalah 0,01 menunjukkan bahwa tingkat kepercayaannya adalah 99%. Nilai signifikansi Sig.(2-tailed) sebesar 0,00 kurang dari 0,05 (p<0,05) menunjukkan bahwa hubungan variabel dukungan sosial dengan variabel motivasi belajar adalah signifikan sehingga pernyataan Ho ditolak dan pernyataan Ha diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi belajar siswa. Koefisien determinasi (R square) sebesar 0,517 menunjukkan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 51,7% terhadap motivasi belajar, sedangkan 48,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN Hasil uji hipotesis melalui uji korelasi Product Moment menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan 194 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Berdasarkan hasil kategorisasi dukungan sosial, sebagian besar subjek (74,9%) memiliki skor dukungan sosial yang sangat tinggi, kemudian sebanyak 24,7% memiliki skor dukungan sosial yang tinggi, hanya 0,4% yang memiliki skor kategori sedang, dan tidak ada yang mendapatkan skor rendah maupun sangat rendah. Nilai mean empirik dari variabel dukungan sosial lebih besar dibandingkan dengan nilai mean teoretik (114,16>82,5). Nilai mean empirik yang lebih besar dibandingkan dengan nilai mean teoretik menunjukkan bahwa dukungan sosial subjek dalam penelitian ini termasuk tinggi. Sarafino (2011) mengatakan dukungan sosial bisa bersumber dari orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional seperti keluarga, teman dekat, atau rekan, kemudian yang bersumber dari kalangan profesional seperti psikolog atau dokter, dan terakhir bisa bersumber dari kelompok-kelompok dukungan sosial yang merupakan kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya. Suciani (2014) dalam penelitianya menemukan dukungan sosial yang positif akan menyebabkan motivasi belajar menjadi tinggi. Myers (dalam Hobfoll, 1986) menyatakan bahwa faktor yang mendorong seseorang memberikan dukungan sosial yang positif karena ada rasa empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengantisipasi emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain, kemudian karena adanya norma dan nilai sosial yang berguna untuk membimbing individu untuk menjalankan kewajiban dalam kehidupan, yang terakhir karena adanya pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, dan informasi. Menurut Gottlieb (dalam Nursalam & Kurniawati, 2007), dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh adanya keakraban sosial yang didapat karena kehadiran orang lain atau kelompok dan mempunyai manfaat emosional atau berupa efek perilaku bagi pihak penerima, dalam hal ini efeknya berupa semangat atau motivasi belajar. Menurut Esccles, Wigfield, & Schiefele (dalam Santrock, 2007) teman sebaya dapat memengaruhi motivasi melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi belajar, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman sebaya. Selain hal tersebut yang memengaruhi motivasi belajar terkait dukungan sosial yang diterima siswa di sekolah atau asrama yaitu adanya dukungan instrumental menurut Sarafino (2011) dukungan instrumental tersebut melibatkan bantuan langsung seperti bantuan finansial. Terkait bantuan finansial, SMA Negeri Bali Mandara juga memberikan bantuan beasiswa penuh bagi seluruh siswa yang bersekolah disana (Profil SMA Negeri Bali Mandara, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suprastowo (2013) menemukan bahwa bantuan beasiswa mampu meningkatkan disiplin dan motivasi belajar siswa dan berkontribusi meningkatkan nilai hasil belajar siswa. Berdasarkan seluruh pemaparan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi belajar siswa di SMA Negeri Bali Mandara. Dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dan searah dengan motivasi belajar siswa di SMA Negeri Bali Mandara, semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi juga motivasi belajarnya, dan semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah juga motivasi belajarnya. Berdasarkan kategorisasi motivasi belajar, sebagian besar siswa SMA Negeri Bali Mandara menunjukkan motivasi belajar yang tergolong sangat tinggi. Berdasarkan kategorisasi dukungan sosial menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri Bali Mandara memiliki dukungan sosial yang tergolong sangat tinggi. Adapun saran yang dapat diberikan bagi siswa sebaiknya tidak memilih-milih dalam bergaul, selalu menjaga hubungan baik dengan orang-orang di lingkungan sekolah, selalu menceritakan setiap permasalahan pada orang yang dipercaya untuk dicari jalan keluarnya, dan meningkatkan rasa persaingan yang positif. Bagi orangtua diharapkan rutin mengunjungi anaknya dan selalu menjalin komunikasi yang hangat dengan anak-anaknya. Bagi pihak sekolah harus mampu mengoptimalkan setiap jadwal kegiatan siswa, lebih peka terhadapa kondisi siswa khususnya yang sedang mengalami masalah atau kesulitan, selain itu juga bisa dipertimbangkan tentang kegiatan rekreasi ke luar sekolah secara rutin ke tempat-tempat edukasi agar siswa tidak merasa bosan dan menjadi semangat belajar kembali. Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu lebih teliti dalam mengawasi subjek selama pengisian skala, melakukan penelitian dengan faktorfaktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini atau juga bisa menggunakan metode penelitian yang lain seperti komparasi maupun eksperimen, dan bisa mengatur waktu dengan lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, M., & Asrori, M. (2015). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara. Astiwi, H. (2007). Pola Membaca Majalah Remaja dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Remaja (Kasus Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi : Tidak Diterbitkan. Jawa Barat : Fakultas Pertanian IPB. Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ghozali, H.I. (2005). Analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gunawan, M.A. (2013). Statistik untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Parama Publishing. 195 A.A. G. K. PRAMANA DAN N. M. A. WILANI Hamdu, G. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 12, No. 1. Hernilawati. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Sselatan : Pustaka As Salam. Hobfoll, S.E. (1986). Stress, social support and women: the series in clinical and community psychology. New York : Herpe & Row. Khasanah, A.Z. (2013). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Underachiever Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SD Negeri Pekunden Semarang. Skripsi : Tidak Diterbitkan. Jawa Tengah : Universitas Negeri Semarang. Kompasiana. (2011). Boarding School : Tombak Kesuksesan Pendidikan Berkarakter. (online). (http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/23/boardingschool-tombak-kesuksesan-pendidikan-berkarakter421331.html) diakses pada 30 September 2016. Miru, A.S. (2009). Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Instalasi Listrik Siswa SMK Negeri 3 Makasar. Jurnal Medtek. Vol.1, No.1. Mulyaningsih, I.E. (2014). Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Belajar, Dan Kemandirian Belajar Teerhadap Prestasi Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol.20, No.4. Nur’aeni, Y. (2015). Hubungan Antara Dukungan Orangtua Dengan Motivasi Belajar pada Siswa Ahkwat Kelas VIII di MTs Misbahunnur Kota Cimahi. Jurnal Psikologi ISSN 24606448. Vol. 1, No. 1. Nursalam & Kurniawati, N.D. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Pramana, K.A.A.G. (2016). Wawancara Studi Pendahuluan (Naskah tidak dipublikasikan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. Prawira, P.A. (2014). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta : AR-RUZZ Media. Priyatno, D. (2012). Belajar Praktis analisis parametrik dan nonparametrik dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media. Profil SMA Negeri Bali Mandara. (2012). Profil SMA Negeri Bali Mandara. (2016). Purwanto, M.N. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Roberts, A. R., & Greene, G. J. (2009). Buku pintar pekerja sosial Jilid 2 terjemahan dari social workers' desk reference. Jakarta: Building Professibak Social Work in Developing. Santoso, S. (2005). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5. Jakarta : PT. Gramedia. Santrock, J.W. (2007). Remaja: Jilid 2 (11th ed.). jakarta : Erlangga. Sardiman, A.M. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers. Sarafino, E.P, & W, S.T. (2011). Health Psychology. United States of America : michael Hitoshi/Photodisc/Getty Images, Inc. Setiawan, I. (2013). Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik Pada Institusi Pendidikan Berasrama. Yogyakarta : Smart Writing Suciani, D. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi. Vol. 12, No. 2. Sugiyono, Prof. Dr. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, Prof. Dr. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Suprastowo, P. (2013). Kontribusi Bantuan Siswa Miskin Terhadap Keberlangsungan dan Keberlanjutan Pendidikan Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 20, No. 2. Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers. Tirtarahardja, U. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Uno, H.B. (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1. Yusuf, M.M. (2009). Pengaruh Cara Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Programmable Logic Controller (PLC) Siswa Kelas III Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makasar. Jurnal Medtek. Vol.1, No.2. 196